Kelompok belajar (kejar) paket C sepertinya kerap dipandang
sebelah mata. Namun, bagi para pesertanya, mengikuti ujian sangat
penting bagi kelangsungan karir mereka. Seperti apa? Mari ita simak.
Raut wajah Marsudi, 35, tampak begitu serius. Sesekali dahinya
mengerut. Matanya melihat ke atas sembari berpikir. Ya, pagi kemarin,
dia mengikuti ujian nasional (unas) kelompok belajar (kejar) paket C.
Dia berusaha sangat maksimal untuk mendapatkan nilai yang baik.
Pria asal Banyuurip Kecamatan Tegalrejo itu mengaku termotivasi untuk
memiliki ijazah kesetaraan SMA demi mendapat kesejahteraan serta
jenjang karir sebagai abdi negara. Dia bekerja sebagai Kepala Urusan
Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo. Sudah sejak tiga tahun lalu ia mengikui paket belajar yang
diselenggarakan oleh sanggar PKBM Ngudi Luhur Tegalrejo.
“Saya ingin
punya ijazah SMA. Dulu tidak sekolah karena tidak ada biaya,” katanya.
Dia sadar betul unas kali ini begitu penting. Sehingga, jauh hari
sebelum ujian, dia juga rajin berlatih mengerjakan kisi-kisi soal unas
yang diberikan oleh tentornya di sanggar tempat ia belajar.
“Alhamdulillah, bisa mengerjakan, soal-soalnya mudah dan masuk akal,”
ucap Marsudi, ditemui di SDN Borobudur 1, Selasa (14/4).
Selain Marsudi, ada rekan sesama perangkat Desa Banyuurip yang turut
mengikuti ujian. Menurutnya, ijazah kesetaraan SMA penting jika
sewaktu-waktu diperlukan untuk syarat menunjang karir yang lebih baik.
“Kami butuh ijazah (paket C), karena penting setidaknya untuk menunjang
karir yang lebih baik,” tutur Marsudi.
Selain perangkat desa, sejumlah ibu hamil juga terlihat mengikuti
unas ini. Dhian, 25, misalnya, mengaku ingin memiliki ijazah kesetaraan
SMA untuk melamar pekerjaan jika anak keduanya lahir. Warga Desa
Borobudur itu terlihat sehat meski sedang mengandung delapan bulan.
“Enggak apa-apa kok, sehat, masih bisa mengerjakan soal-soal ujian.
Sejak awal memang ingin punya ijazah (paket C) buat nanti melamar
pekerjaan,” ungkap Dhian.
Kabid Pendidikan Non-Formal, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Magelang, Muslih menyebutkan peserta unas paket C di wilayah
ini mencapai 802 orang. Sepuluh persen di antaranya adalah perangkat
desa, meliputi kepala desa (kades), kepala dusun (kadus), kepala urusan
(kaur) hingga kepala seksi (kasi). Selebihnya adalah peserta unas tahun
lalu yang belum lulus, santri pondok pesantren, dan masyarakat umum.
“Banyak perangkat desa, terutama di desa-desa yang terpencil, yang
ikut unas paket C. Karena ijazah kesetaraan SMA biasanya menjadi syarat
untuk kenaikan pangkat dan tambahan intensif, dibanding perangkat yang
hanya lulusan SMP,” papar Muslih.
Secara umum, kata Muslih, jumlah peserta unas paket C tahun 2015 di
Kabupaten Magelang mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
animo masyarakat untuk memiliki ijazah paket C cukup tinggi.
“Ijazah paket C ini setara dengan ijazah SMA, jadi tetap bisa untuk
melamar pekerjaan, kenaikan pangkat, atau meneruskan pendidikan ke
perguruan lebih tinggi,” tandas Muslih.
Muslih pun meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan masyarakat
yang mengenyam pendidikan non-formal, layaknya pendidikan formal. Sebab,
kata Muslih, mereka justru memiliki semangat tinggi untuk belajar.
sumber
No comments:
Post a Comment