Siapa menduga Jangkrik bisa jadi bahan untuk beragam makanan olahan. Ditangan, Sri Rahayu, jangkrik tidak hanya untuk satu komoditi makanan ringan, tapi sangat beragam, seperti kripik jangkrik, rempeyek jangkrik, biskuit, nugget jangkrit, jangkrik Balado, rendang jangkrik dan manisan jangkrik. Bahkan ada juga olahan jangkrik untuk suplemen kesehatan.
Usaha yang dilakoni Sri Rahayu awal 1998, kala itu ia bersama rekan-rekannya terhimpun dalam perkumpulan Himpunan Peternak Jangkrik Riau (Hipajari), sebagai sekretaris, ia berpikir untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Caranya, untuk membuat beragam makanan olahan dari jangkrik.
“Beternak jangkrik pada awalnya masih merupakan usaha sampingan. Oleh karena itu, perlu terobosan baru agar jangkrik yang dihasilkan peternak dapat menjadi komoditi baru yang diminati masyarakat,” ungkapnya kepada riaubisnis.com.
Awal mula usaha tersebut, kata Sri Rahayu, setelah ia pensiun di salah satu perusahaan asuransi. Ia bertekad serius mengolah beragam olahan dari jangkrik. Ia terpikat dengan komoditi ini, setelah mengikuti pelatihan budidaya jankrik, kala itu dilaksanakan di salah satu hotel berbintang. Ia penasaran, setelah itu mulailah ia beternak jangkrik.

“Setelah ikut pelatihan, saya mulailah tertarik untuk berternak jangkrik,” kata wanita kelahiran Madiun ini. Ia menyebutkan, usai ikut pelatihan, kala itu Hipajari terbentuk, Sri terpilih menjadi sekretaris. Oleh karena itu, tentu saja, ia memiliki rasa tanggung jawab kepada anggota untuk membeli hasil ternak jangkrik. Ia pun melakukan tindakan “gila”.
“Karena saya bingung, terlalu banyak jangkrik yang saya beli, maka jangkrik itu saya goreng, saya bikin pepes dan saya bagi kan ke tetangga,” katanya. Lantas, ia pun berpikir, untuk menghentikan tindakan “gila”nya itu. Saat itu, ia terpikir untuk mengolah jangkrik menjadi suplemen dalam bentuk kapsul.
“Jangkrik itu saya proses melalui open. Setelah diolah saya masukkan kapsul, kemudian saya kasih ke anak saya dan banyak komentar positif,” ujarnya. Tidak hanya itu, ia juga membagi bagikan kapsul olahanya kepada salah satu peternak jangkrik yang ayahnya kena stroke, dan ternyata hasilnya bertambah sehat. Tangannya yang semula tidak bisa bergerak, jadi bisa bergerak lagi. Selain itu, ada seorang bidan, yang ayahnya tidak bisa jalan, setelah makan kapsul jangkrik, hasilnya lebih baik.
“Setelah itu, baru saya saya mencoba membuat kapsul jangkrik untuk dijual. Namun awalnya pemasarannya susah, lantaran masih banyak yang belum percaya dengan jangkrik,” katanya. Tapi, ia tidak berpuas diri, ia pun membuat olahan lain, seperti rempeyek jangkrik, biskuit jangkrik dan lain-lain.
“Sejak 2008, kapsul jangkrik sudah mulai luas pendistribusiannya, dan kemasannya pun sudah dibuat dengan merk. Sekarang kemasannya sudah bagus dan bisa bersaing dengan produk lain,” katanya.

sumber
Usaha yang dilakoni Sri Rahayu awal 1998, kala itu ia bersama rekan-rekannya terhimpun dalam perkumpulan Himpunan Peternak Jangkrik Riau (Hipajari), sebagai sekretaris, ia berpikir untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Caranya, untuk membuat beragam makanan olahan dari jangkrik.
“Beternak jangkrik pada awalnya masih merupakan usaha sampingan. Oleh karena itu, perlu terobosan baru agar jangkrik yang dihasilkan peternak dapat menjadi komoditi baru yang diminati masyarakat,” ungkapnya kepada riaubisnis.com.
Awal mula usaha tersebut, kata Sri Rahayu, setelah ia pensiun di salah satu perusahaan asuransi. Ia bertekad serius mengolah beragam olahan dari jangkrik. Ia terpikat dengan komoditi ini, setelah mengikuti pelatihan budidaya jankrik, kala itu dilaksanakan di salah satu hotel berbintang. Ia penasaran, setelah itu mulailah ia beternak jangkrik.

“Setelah ikut pelatihan, saya mulailah tertarik untuk berternak jangkrik,” kata wanita kelahiran Madiun ini. Ia menyebutkan, usai ikut pelatihan, kala itu Hipajari terbentuk, Sri terpilih menjadi sekretaris. Oleh karena itu, tentu saja, ia memiliki rasa tanggung jawab kepada anggota untuk membeli hasil ternak jangkrik. Ia pun melakukan tindakan “gila”.
“Karena saya bingung, terlalu banyak jangkrik yang saya beli, maka jangkrik itu saya goreng, saya bikin pepes dan saya bagi kan ke tetangga,” katanya. Lantas, ia pun berpikir, untuk menghentikan tindakan “gila”nya itu. Saat itu, ia terpikir untuk mengolah jangkrik menjadi suplemen dalam bentuk kapsul.
“Jangkrik itu saya proses melalui open. Setelah diolah saya masukkan kapsul, kemudian saya kasih ke anak saya dan banyak komentar positif,” ujarnya. Tidak hanya itu, ia juga membagi bagikan kapsul olahanya kepada salah satu peternak jangkrik yang ayahnya kena stroke, dan ternyata hasilnya bertambah sehat. Tangannya yang semula tidak bisa bergerak, jadi bisa bergerak lagi. Selain itu, ada seorang bidan, yang ayahnya tidak bisa jalan, setelah makan kapsul jangkrik, hasilnya lebih baik.
“Setelah itu, baru saya saya mencoba membuat kapsul jangkrik untuk dijual. Namun awalnya pemasarannya susah, lantaran masih banyak yang belum percaya dengan jangkrik,” katanya. Tapi, ia tidak berpuas diri, ia pun membuat olahan lain, seperti rempeyek jangkrik, biskuit jangkrik dan lain-lain.
“Sejak 2008, kapsul jangkrik sudah mulai luas pendistribusiannya, dan kemasannya pun sudah dibuat dengan merk. Sekarang kemasannya sudah bagus dan bisa bersaing dengan produk lain,” katanya.

sumber
wkwkk tenyata banyak sekali olahan jangkrik :D
ReplyDelete