Sore ini acara Hitam Putih kembali menghadirkan tokoh inspiratif yang jarang diketahui publik, ia adalah Nathania Tifara Sjarief, 24 tahun.Nathania merupakan lulusan terbaik Fakultas Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan.
Potongan rambutnya yang pendek dan kulitnya yang terang dengan pakaian berwarna cerah membuatnya terlihat tanpa kekurangan apa pun. Tanpa kita sadari ternyata Nathania sepanjang hidupnya bergantung pada alat bantu dengar yang dipasang di tulang belakang kepalanya. Alat ini bagian dari tubuhnya. Masalah pendengaran hanyalah salah satu keterbatasan Thania, nama panggilannya.
Anak keempat pasangan Karen Tambajong dan Roestam Yarief tersebut juga punya keterbatasan fisik lainnya: sulit berbicara. Gangguan fisik itu terjadi sejak usia Thania masih 2,5 tahun akibat mengalami radang selaput otak (meningitis). Meningitis itu pula yang membuat dia pernah koma selama satu minggu.
Dokter memvonis harapan hidup Thania sangat kecil, yang ketika itu tinggal di Amerika Serikat. Kalaupun hidup, Thania akan mengalami cacat mental, buta, dan tuli. Tapi ternyata Thania mendapatkan mukizat, ia "hanya" tuli, kehilangan keseimbangan tubuh, dan tidak bisa bicara.
"Ini mukjizat dari Tuhan," kata Thania.
Sang ibu berusaha memulihkan Thania dengan menjalani fisioterapi. Proses bicaranya seperti bayi. Untuk menghafal satu kata saja, harus diucapkan berulang kali, bahkan dengan menggambar obyek. Semua benda di dalam rumah diberi label atau ditulisi untuk menandai nama benda.
Pada tahun 1995, keluarga Thania kembali ke Indonesa, Thania bersekolah di taman kanak- kanak di Tangerang. Awalnya, di sekolah sempat terjadi masalah. Sebab, Thania tak seperti teman-temannya. Sekolah sempat ingin mengeluarkan Thania, tapi Ibunda Thania gigih memperjuangkan anaknya agar tetap bersekolah. Selain itu di sekolah Thania sering mendapatkan bully dari teman temannya, tetapi ia tetap tegar untuk menjalani itu semua, sampai akhirnya saat kelas V SD, teman temannya mulai mengerti apa yang terjadi pada Thania. Semakin lama, Thania makin lancar bicara dan kemampuan akademiknya meningkat.
Ketika kuliah, Thania sudah bisa berbaur dengan teman- temannya. Di kampus, ia aktif mengikuti kegiatan dan organisasi. Bahkan ia pernah menjadi ketua panitia acara di fakultas. Prestasi akademiknya di atas rata-rata, yakni dengan Indeks Prestasi 3,55.
Prestasi itu membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah hambatan. Ia bercita-cita menjadi ilustrator buku cetak anak-anak dan berharap keahliannya dapat disumbangkan bagi anak-anak yang bermasalah dengan indra pendengaran.
Nathania berharap kisahnya ini bisa menjadi inspirasi untuk mereka yang berkebutuhan khusus, terus berjuang meraih impian dan pantang menyerah.
Facebook Nathania Tifara Sjarief :
http://facebook.com/nathaniatifara.sjarief
Twitter Nathania Tifara Sjarief :
http://twitter.com/Ntifara
Nathania saat di Acara Hitam Putih Trans 7 :
http://youtube.com/watch?v=Uqm5esB-6tY
Artikel Tambahan :
tempo.co/read/news/2011/12/10/083370884/Nathaniai-Tunarungu-yang-Lulus-Cum-Laude



No comments:
Post a Comment